Kemarin,
mungkin beberapa waktu yang lalu, pernah terukir satu cerita diantara kita.
Cerita yang kuanggap hanya sebagai angin lalu saja. Hari itu kau menelponku dan
mengungkapkan perasaanmu padaku, aku kaget mendengar kata yang kau utarakan
padaku. Hatiku saat itu berbunga bercampur rasa deg-degan, aku tak tahu harus
berkata apa dan menjawab pertanyaanmu dengan kata-kata apa. Namun aku tak
berfikir panjang, mungkin juga karena ada rasa rindu sebab lama tak jumpa
denganmu, maka aku mengIyakan permohonanmu. Seketika perasaanku jadi terasa
begitu indah, hingga aku ingin cepat berjumpa denganmu.
Beberapa
hari berlalu dengan status hubungan kita sebagai orang yang pacaran, rutin kau
menjemputku dari kampus dan mengantarku pulang kerumah, sekedar mengantar dan
tak pernah berkata apa-apa tapi kau hanya mengantarku sampai depan rumah saja,
jika kutawari untuk mampir sebentar kau hanya berkata “iya nantilah.” Dengan rutin pula kau
menelpon dan mengirimiku pesan, bertanya apa aku sudah makan atau belum,
bertanya ini dan itu. Lalu aku merasa capek mendengar pertanyaan yang itu-itu
saja setiap hari bahkan setiap saat darimu.
Akhirnya
suatu hari dalam kesendirianku, aku termenung dan memikirkan apa jawabanku atas
pertanyaanmu waktu itu, ketika kau mengungkapkan rasamu padaku. Kemudian aku
sadar bahwa aku tak menemukan apa-apa dalam diriku ataupun dalam dirimu, aku
seperti tersesat dalam sebuah perjalanan yang ditawarkan oleh seorang yang aku
bahkan samar-samar mengenalnya.
Kembali
kubuka memori ketika aku mengIyakan permohonanmu dan aku menemukan bahwa tak
ada rasa yang istimewa untukmu hanya terbawa oleh perasaan rindu karena kita
telah lama tak pernah berjumpa. Hingga lama-kelamaan hanya perasaan aneh yang
muncul, perasaan yang ingin segera keluar dari jalan buntu yang kutemui selama
ini.
Dan
akhirnya aku berusaha berkata jujur padamu bahwa ternyata aku tak punya
perasaan apa-apa kepadamu, satu yang membuatku senang ketika itu hanya karena
aku tak berstatus jomblo lagi. Tapi kau tak bisa menerima keputusanku begitu
saja, dengan nada suaramu diseberang sana yang begitu keras dan terdengar
menekan kau meminta alasanku mengambil keputusan untuk berpisah denganmu, lalu
aku katakan semuanya, semua yang sebenarnya aku rasakan “Maaf aku tak mencintaimu” kata terakhirku, tanpa
berfikir panjang dan berniat memaksakan kehendakmu, kaupun menerima
keputusanku.
Lambat laun akupun
menemukan keanehan itu
Perasaanmu padaku tak sama
dengan apa yang aku rasakan
Bahkan aku hanya merasakan
hambar dalam diriku
Tak ada warna lain, hanya
kelabu yang kutemukan
Sikap dinginmu tak mampu
hangatkan aku
Hingga kau sendiri seperti
orang asing bagiku
Dan benar….. tak ada yang
istimewa
Semua kurasakan biasa saja
Sejujurnya aku katakan tak
ada Rasa untukmu
0 comments :
Posting Komentar
Silahkan Comment