Po'nya & Mannyu' |
Hmm......perasaan jatuh cinta memang sukar dijelaskan dan ditebak, karena
penuh dengan gejolak. Semua saran dan nasihat ditolak, bahkan nalar pun bisa
terdepak oleh perasaan mabuk kepayang yang membikin rasa melayang-layang.
Itulah dahsyatnya perasaan yang satu ini. Gedubrak !!!
Apakah karena itu kita tak boleh mencintai dan dicintai? Uups…tentu
saja boleh, karena cinta adalah pemberian Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mencintai
dan dicintai adalah karunia, sekaligus panggilan hidup kita. Tak pernah
merasakan jatuh cinta, bukanlah manusia, karena manusia pasti merasakan cinta
[QS Al Imran:14] Bahkan, cinta merupakan ruh kehidupan dan pilar untuk
kelestarian ummat manusia.
Islam juga gak phobi sama yang namanya cinta kok, bahkan Islam mengakui
fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun, bukan dalam
komoditas rendah dan murah lho (Pacaran, Ed). Artinya, tingkatan mencintai
sesuatu itu ada batasnya. Jika cinta itu malah membawanya kepada perbuatan yang
melanggar syari’at, nah…kore wa dame da!*
Hmm…cinta itu katanya jelmaan perasaan jiwa dan gejolak hati seseorang,
wuis…puitis banget! Nah, dalam Islam kalau kita merujuk QS: At Taubah 24, maka
cinta dapat dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu:
1. Cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya.
2. Cinta kepada orangtua, istri, kerabat dan seterusnya.
3. Cinta yang mengedepankan cinta harta, keluarga dan anak istri
melebihi cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan Allah.
Lalu gimana dong, kalau cinta itu datang, menghampiri dan menggoda di
luar pernikahan? Nah lho, puyeng deh kalo gini! Padahal cinta itu kan timbul
memang dari sononya, muncul dari segi zat atau bentuknya secara manusiawi wajar
untuk dicintai. Normal aja kan, jika memandang sesuatu yang indah, kita akan
mengatakan bahwa itu memang indah, masa’ sih dibilang jelek!
Menurut Imam Ibnu al-Jauzi, “Kecintaan, kasih sayang, dan ketertarikan
terhadap sesuatu yang indah dan memiliki kecocokan tidaklah merupakan hal yang
tercela serta tak perlu dibuang. Namun, cinta yang melewati batas ketertarikan
dan kecintaan, maka ia akan menguasai akal dan membelokkan pemiliknya kepada
hal yang tidak sesuai dengan hikmah yang sesungguhnya, hal seperti inilah yang
tercela.”
Waduh…gimana dong, lagi jatuh cinta nih! Problem…problem… mana masih
kuliah, kerjaan belon ada, masih numpang ama orangtua, wah…nih cinta kok gak
pengertian ya!
Kalem dong, jangan blingsatan begitu. Emangnya jatuh cinta masalah kamu
aja, ya…gak lagi! Nabi Yusuf ‘Alaihi Salam aja pernah jatuh cinta lho, bahkan
kepada seseorang wanita yang telah menjadi istri seseorang. Eits…protes deh!
Iya deh, kalau bukan cinta, paling gak, tertarik dan terpesona, boleh kan?
Buka deh surat Yusuf, romantika kisah beliau diceritakan dengan tuntas,
awal, proses, konflik hingga klimaks dan ending-nya. Nah lho…Nabi aja bisa
punya ‘konflik’ seperti itu, apalagi kamu, iya kan? Romantika cinta beliau
bukan kacangan, atau pepesan kosong, namun apa yang dialami beliau bisa menjadi
pelajaran buat kita bagaimana kalau cinta itu demen banget menggoda kita.
Beliau sadar, dan mengerti betul bahwa itu terlarang, meski ada gejolak di
hatinya [QS Yusuf: 24]
Namun… Kondisi di atas itu gak terjadi begitu aja lho, karena
sebelumnya Nabi Yusuf ‘Alaihi Salam pun telah berusaha untuk menolaknya saat
wanita itu terus merayunya. Eh…nabi Yusuf pun dikejarnya, dan yang dikejar
malah lari terbirit-birit, wuus…
Lantas apa dong pelajaran yang bisa kita ambil, saat cinta itu menggoda
kita? Pelajarannya adalah:
1. Setiap orang memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, perasaan
ini manusiawi, fithrah sekaligus anugerah.
2. Namun, gejolak itu harus diatur lho, kalau gak maka kita akan
terperosok ke jurang kenistaan, karena diperbudak gejolak jiwanya. Lantas jadi
merana deh, angan-angan melulu. Innan nafsa la ammaaratun bis-suu, sesungguhnya
nafsu itu selalu mengajak kepada kejahatan kecuali nafsu-nafsu yang diberi
rahmat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala [QS Yusuf:53].
3. Kalau kita jatuh cinta pada lawan jenis, dan mengharapkan
terbalaskan cintanya, maka saat itu ada sebagian dari akal dan logika yang
hilang. Sekian banyak pertimbangan akal sehat yang dipunyai jadi ngadat, gak
jalan! Gak percaya? Coba deh, ntar kalau kamu tambah dewasa, udah nikah,
mungkin mikir, “Kok, dulu begitu ya?”, “Kok, dulu gak mikir ya?”, dan “kok-kok”
yang lain.
4. Dulu waktu ngejar-ngejar, wah…di mana-mana hanya terpampang wajah
dia seorang, kekasih hati. Tidur gak nyenyak, makan pun terasa gak enak, bukan
karena banyak nyamuk atau lauknya gak enak, dunia ini pun hanya untuk berdua,
yang lain ngontrak, ck…ck…ck… Kalau gak ketemu, rasanya gimana gichuu. Dikejar
setengah mati deh, pokoke mesti dapet! Tapi begitu udah dapat, lalu masuk dunia
rumah tangga, gejolak itu bisa berganti dengan rutinitas dan bisa bosan. Itulah
sifat manusia, karena itu bila mencintai seseorang, cintailah sewajarnya, siapa
tahu ntar kamu benci padanya. Begitu juga sebaliknya, kalau benci, bencinya
yang wajar aja deh, siapa tahu ntar malah jatuh cinta.
5. Ingat lho, gak semua yang kita inginkan itu harus terpenuhi, kalau
gak mau dibilang egois. Tidak semua cita-cita itu harus terkabul, dan tidak
pula semua gejolak harus dituruti. Di dunia ini ada banyak pilihan, kalau gak
dapat yang satu, pilihan lain masih banyak kan? Siapa tahu malah lebih baik.
Makanya buka mata lebar-lebar, masa’ sih cuma ada dia aja di dunia ini, emang
yang lain kemana bo!
6. Tidak semua yang kita anggap baik itu baik, dan tidak semua yang
dianggap indah itu indah. Segala sesuatu itu pasti ada cacat dan cela-nya. Saat
jatuh cinta sih, wuah…indah buanget, tiada cacat dan cela. Padahal bisa aja
kan, cacat dan cela itu jauh lebih banyak dari baik dan indahnya.
7. Akhirnya, kalau kamu udah sampai pada puncak cinta, yaitu
pernikahan, ingat deh kalo puncak masalah pernikahan itu bukanlah pada siapa
yang akan jadi pasangan kita, tapi gimana agar kita bisa survive di dalamnya,
siapapun pasangan kita.
Semoga membantu akhi wa ukhti, jangan lupakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
kalau antum jatuh cinta ya. Jatuh cinta-lah karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
karena kasih sayangnya akan meluruh ke jiwa.
Sumber : Disini
Waoh.......
BalasHapusHeheheh..............
BalasHapusMenarik Ngak'..??