Rabu, 30 Januari 2013

Salah RASA



Kemarin, mungkin beberapa waktu yang lalu, pernah terukir satu cerita diantara kita. Cerita yang kuanggap hanya sebagai angin lalu saja. Hari itu kau menelponku dan mengungkapkan perasaanmu padaku, aku kaget mendengar kata yang kau utarakan padaku. Hatiku saat itu berbunga bercampur rasa deg-degan, aku tak tahu harus berkata apa dan menjawab pertanyaanmu dengan kata-kata apa. Namun aku tak berfikir panjang, mungkin juga karena ada rasa rindu sebab lama tak jumpa denganmu, maka aku mengIyakan permohonanmu. Seketika perasaanku jadi terasa begitu indah, hingga aku ingin cepat berjumpa denganmu.
Beberapa hari berlalu dengan status hubungan kita sebagai orang yang pacaran, rutin kau menjemputku dari kampus dan mengantarku pulang kerumah, sekedar mengantar dan tak pernah berkata apa-apa tapi kau hanya mengantarku sampai depan rumah saja, jika kutawari untuk mampir sebentar kau hanya berkata iya nantilah. Dengan rutin pula kau menelpon dan mengirimiku pesan, bertanya apa aku sudah makan atau belum, bertanya ini dan itu. Lalu aku merasa capek mendengar pertanyaan yang itu-itu saja setiap hari bahkan setiap saat darimu.
Akhirnya suatu hari dalam kesendirianku, aku termenung dan memikirkan apa jawabanku atas pertanyaanmu waktu itu, ketika kau mengungkapkan rasamu padaku. Kemudian aku sadar bahwa aku tak menemukan apa-apa dalam diriku ataupun dalam dirimu, aku seperti tersesat dalam sebuah perjalanan yang ditawarkan oleh seorang yang aku bahkan samar-samar mengenalnya.
Kembali kubuka memori ketika aku mengIyakan permohonanmu dan aku menemukan bahwa tak ada rasa yang istimewa untukmu hanya terbawa oleh perasaan rindu karena kita telah lama tak pernah berjumpa. Hingga lama-kelamaan hanya perasaan aneh yang muncul, perasaan yang ingin segera keluar dari jalan buntu yang kutemui selama ini.
Dan akhirnya aku berusaha berkata jujur padamu bahwa ternyata aku tak punya perasaan apa-apa kepadamu, satu yang membuatku senang ketika itu hanya karena aku tak berstatus jomblo lagi. Tapi kau tak bisa menerima keputusanku begitu saja, dengan nada suaramu diseberang sana yang begitu keras dan terdengar menekan kau meminta alasanku mengambil keputusan untuk berpisah denganmu, lalu aku katakan semuanya, semua yang sebenarnya aku rasakan Maaf aku tak mencintaimu kata terakhirku, tanpa berfikir panjang dan berniat memaksakan kehendakmu, kaupun menerima keputusanku.  

Lambat laun akupun menemukan keanehan itu
Perasaanmu padaku tak sama dengan apa yang aku rasakan
Bahkan aku hanya merasakan hambar dalam diriku
Tak ada warna lain, hanya kelabu yang kutemukan
Sikap dinginmu tak mampu hangatkan aku
Hingga kau sendiri seperti orang asing bagiku
Dan benar….. tak ada yang istimewa
Semua kurasakan biasa saja
Sejujurnya aku katakan tak ada Rasa untukmu







0 comments :

Posting Komentar

Silahkan Comment